Cari Blog Ini

Jumat, 15 Januari 2010

Makna Fitnah


MAKNA FITNAH SECARA BAHASA DAN ISTILAH

Al-Jauhari berpendapat Fitnah adalah ujian dan cobaan, sepertidalam ungkapan; aku menguji emas ketika aku memasukan emas kedalam api supaya muncul sifat bagusnya, dan juga bermakna, ujian dalam hal harta benda, seperti firman Allah SWT;

"Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, Maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar".

Ibnu Mandhur meriwayatkan dari al-Azhari dan ulama’yang lain, bahwa cakupan makna fitnah diantaranya: balak, ujian, cobaan. Semua itu berasal dari kata; aku menguji emas dan perak ketika aku melebur emas dan perak dengan api untuk mmbedakan antara yang berkualitas baik dan yang berkualitas buruk.
Al-Khalil berpendapat; al-Fatnu bermakna al-ihroq (membakar), seperti firman Allah SWT;
"(hari pembalasan itu) ialah pada hari ketika mereka diazab di atas api neraka".


Maksudnya orang-orang kafir akan dibakar dengan api pada hari pembalasan. Tukang emas dan perak (as-Shoigh) disebut dengan al-fattan, begitu pula syetan. Batu yang sangat hitam seperti yang telah dibakar dengan api disebut al-fatin. Ibnu Mandhur menyebutkan makna lain dari fitnah yaitu: kufur (al-kufr), terbukanya keburukan (al-fadlihah), siksa (al-‘adzab), dan juga hal-hal yang terjadi diantara manusia seperti; peperangan, pembunuhan, ujian.

Pemilik kitab al-Fath berpendapat bahwa al-futun adalah jamak dari kata al-fitnah, asal dari kata fitnah adalah dalam hal ujian, kemudian dipergunakan untuk hal-hal yang menyebabkan bencana dan ujian kepada hal-hal yang tidak disenangi, kemudian fitnah dimutlakan untuk setiap hal-hal yang tidak disenangi, ataupun yang menyebabkan munculnya hal-hal yang tidak disenangi seperti; kekufuran, dosa, pembakaran, perbuatan cabul, dan lain sebagainya.

Ibnu Hajar juga berpendapat bahwa makna fitnah asalnya adalah ujian dan cobaan, kemudian dipergunakan untuk setiap keburukan yang menyebabkan bencana.
Ar-Roghib al-ashfahani berpendapat asal dari kata al-fatnu adalah; memasukkan emas kedalam api supaya tampak sifat baiknya dari sifat buruknya, dan juga dipergunakan untuk menyebut ketika dimasukannya manusia kedalam api pada hari pembalasan, seperti dalam firman Allah surat adz-Dzariat ayat 13;

"(hari pembalasan itu) ialah pada hari ketika mereka diazab di atas api neraka".

Ringkasnya fitnah secara bahasa adalah memasukan emas kedalam api untuk mencoba dan menguji, dan fitnah secara istilah adalah untuk menyebut segala sesuatu yang tidak disukai secara mutlak ataupun untuk menyebutkan segala sesuatu yang menyebabkan munculnya sesuatu yang tidak disenangi seperti; kekufuran, dosa, terbukanya keburukan, perbuatan cabul, maksiat, musibah, dan lain sebagainya. Jika hal-hal tersebut berasal dari Allah SWT maka hal-hal tersebut pasti mengandung hikmah, tetapi jika berasal dari manusia tanpa adnya perintah dari Allah, maka hal-hal tersebut adalah tercela.


• Kaitan makna fitnah secara bahasa dan istilah

Kaitan makna tersebut memungkinkan pengertian dengan adanya fitnah akan tampak mana orang-orang mukmin yang sesungguhnya dan orang-orang yang tidak sungguh-sungguh beriman. Dengan adanya fitnah akan keluar kerusakan-kerusakan dari hati orang-orang mukmin, orang-orang mukmin akan keluar setelah adanya balak tersebut dengan hati-hati yang jernih dan penuh keimanan. Seperti hilangnya keburukan-keburukan yang ada dalam emas dan perak setelah dimasukan kedalam api, dan yang tersisa tinggal sifat-sifat baiknya.

• Perbedaan antara fitnah dan balak

1. Fitnah lebih umum dari pada balak, maksudnya fitnah memiliki banyak makna, dan balak adalah salah satu makna dari fitnah.

2. Terkadang fitnah bisa bermakna balak, tetapi terdapat perbedaan diantaranya, yaitu makna fitnah lebih dari sekedar cobaan, dalilnya adalah firman Allah surat al-Baqarah ayat 124;

"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku"Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim".

Dan firman Allah kepada Nabi Musa dalam surat Thaha ayat 40;

"Dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan".

Firman Allah pada Nabi Ibrahim dalam surat al-Baqarah ayat 124 menggunakan kata al-ibtilak (balak), sedangkan firman Allah kepada Nabi Musa dalam surat Thaha ayat 40 menggunakan kata al-fitnah, tidak diragukan lagi bahwa balak (ujian) yang berkaitan dengan pembunuhan yang ditimpakan kepada Nabi Musa melebihi balak (ujian) yang berupa perintah untuk melaksanakan perintah syariat yang yang ditimpakan kepada Nabi Ibrahim menurut salah satu dari banyak penafsiran. Oleh karena itu abu Hilal al-‘askary berpendapat; “Perbedaan antara fitnah dan ujian adalah; bahwa fitnah lebih kuat dari pada ujian dan lebih sangat, dan fitnah juga bisa berupa hal-hal yang baik juga bisa berupa hal-hal yang buruk”.

3. Kata al-ibtilak (balak) terkadang disandarkan pada Allah, seperti dalam firmannya surat al-Baqarah ayat 124;

"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya".

Dan terkadang disandarkan pada isim dhamir, seperti firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 152;

"Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan sesunguhnya Allah telah mema'afkan kamu. dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang beriman".

Sedangkan kata al-fitnah dalam al-Qur’an tidak ada yang disandarkan pada isim dhahir, karena fitnah terkadang mengandung makna yang tidak bagus, seperti firman Allah dalam surat an-Nisa’ ayat 101;

"Jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu".

Dan termasuk sebagai wujud tata karma, tidak menyandarkan kata fitnah dalam ayat tersebut kepada Allah SWT. Ar-Razi berkata dalam kitab tafsirnya mengenai firman Allah dalam surat Thaha ayat 40 ;

"Dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan".

“Apakah pantas kata al-fattan digunakan untuk menyebut Allah SWT sebagaimana yang dimaksudkan dalam ayat tersebut? Kemudian dijawab, “Hal tersebut tidak pantas karena kata al-fattan adalah sifat bagi sesuatu yang tidak baik menurut umum, sedangkan nama-nama bagi Allah SWT adalah sesuatu yang sudah ditetapkan”.
Perbedaan ini adalah sesuatu yang perlu untuk diperhatikan, karena Allah SWT juga nmenyandarkan kata al-fitnah pada dirinya pada firmannya surat al-A’raf ayat 155;

"Itu hanyalah cobaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cobaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah yang memimpin Kami, Maka ampunilah Kami dan berilah Kami rahmat dan Engkaulah pemberi ampun yang sebaik-baiknya".

Ibnu al-Qayyim berkata;”Makna fitnah dalam ayat ini adalah ujian dan cobaan, dan disandarkan pada isim dlomir bukan isim dhohir”.

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

 

Nilai takwa dalam berpakaian. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com